Tuesday, March 31, 2015

LELAKI SUNYI


 

Setelah lama terpekur dalam kekalbuan, terasa matahari berada di atas ubun-ubun, namun badan ini masih mengigil kedinginan, segala hal menjadi terasa nisbi dan tak nyata…segala rasa memblurkan kenangan yang tak pernah ada. Sungguh, aku rindu jari jemari  ini mengetuk keyboard menyapa sahabat Penoreh Tinta…ku tuangkan sajak asmara bersama suara gemuruh ombak lautan cinta…
 --------------------
Senja menukik Hiruk pikuk ruang lapang menjadikan Rani kuat, meski sering terperangah, Rani dikenal sebagai seorang yang gigih dan penuh semangat…wajah manis, kulit sawo matang, berpenampilan rapi membuat ia terlihat lebih menarik, tatapan mata yang tajam memberikan symbol kekhasan gadis itu, tapi ternyata yang banyak orang kagumi dan banggakan tak membuatnya cukup rasa untuk melambaikan tangan dan mengatakan pada dunia ”farich” (aku bahagia), tak ingin terlalu banyak bicara karena diam juga terasa menyakitkan baginya,,
Tak pernah sedikitpun menyangka, dalam kondisi seperti itu, hatinya masih tak pernah memiliki hati…dan yang tersisa adalah “mengandai-andai” sebab seolah harapan telah jauh menghindar. Bila saja lorong Doraemon itu ada, ingin rasanya berada dihamparan rumput dikelilingi gunung yang tinggi.
Penyayang baru, meski hadirnya bak angin beliung (hadir tiba-tiba) terasa dingin dan memporak-porandakan pondasi yang kokoh, namun tiada berwujud bentuknya. Sama seperti hadirnya lelaki sunyi, sebut “Pangeran Kodok”…hingga syair-syair merambah di sisi-sisi dinding jendela hati, tertuang rasa dalam bahasa:
Saat lamanya kemarau mengiringi, saat itu hujan yang dibutuhkan
Saat gelap malam menghampiri, Cahayalah pemecah sunyi
Saat ini jiwanya seperti mendung yang menunggu hujan setelah kemarau berkepanjangan, dan ia layaknya gerhana yang menanti cahaya rembulan
         
          “Aku merasa kehilangan sesuatu entah pernah kumiliki atau tidak. Berminggu-minggu, berhari-hari, berjam-jam, toh rasa itu tetap sama saja, rasa yang tak memiliki rasa” batin Rani berkecamuk dalam garangnya matahari….
          Hadirnya lelaki yang ia kenal dengan sebutan “Pangeran Kodok” masih berasa sunyi bak Gerimis: bisa jadi hujan lebat atau bisa mereda dan kemarau kembali…atau laksana mega merah: penyambut malam, bisa rembulan itu datang menyinari, bisa pula kegelapan yang menjadi buncah ilusi hati.
          Di sinilah, ia menghamparkan sajadah panjang terbentang tuk menggapai angan, takut adalah sifat naluri ketidakmampuan manusia, sesungguhnya Tuhan lah sebaik-baik tempat kembali.


Not only in mathematics, we know the undefined term, dot (.), but also in life, that is LOVE

0 comments:

Post a Comment