Thursday, December 17, 2015

ANOMALI DUA WARNA


Pagi berdermakan kesejukan udara nan dingin yang mencekam lebih dari biasanya, entah kenapa perhatianku terusik, terbekukan oleh kesunyian, mana mungkin kita bicara soal cara "bersinergi" sedangkan kita belum menyepakati dimana "garis tengah" dari perbedaan kita. Biarkan hati meresapi indah mimpi petualang, biarkan...biarkan bermimpi bahkan sampai petang datang. senja yang ter-"semoga" meyatu dalam imajinasi, bisik ilalang metropolitan.

Kamu....
ya....kamu....
ha....kamu....
ah....kamu....
hmm...kamu....
yah...kamu....
You...you and you

atas nama humanisme tapi tidak humanis...
bicara integritas namun kita tidak integritas
heran bukan...!!!
itulah kamu.....
Obrolan di meja makan,  masih soal kehidupan dan pengharapan yang menyeruak kata...
Fokus itu penting, layaknya sepasang kaki kita ini mau melangkah kemana?? sahut lentingan musik favourit anak-anak muda...Mau di bawa kemana???,,ahhh itu hanya untuk alamat palsu...hahaha, tertawa meninggi dalam kagarangan yang meggelanyut dalam benak...semua itu seharusnya tak lagi realitas yang ilusi..
logikanya!!! seperti pisau lipat di jual di terminal,,sahut para penjual di bus "pisau-pisau, bisa digunakan mengupas buah, membuka botol, pengganti gunting dll" atau seperti juga tas kresek yang bisa dipakai tempat makanan dan serba bisa atau serba guna...hingga tak jelas fokus fungsinya,,,hemat bahasa, kita sering mendengar:
"Tau banyak tapi tidak mendalam atau tau sedikit tapi mampu memecahkan persoalan" bahasa serupa "Tau banyak sedikit ilmu atau Tau sedikit banyak ilmu", berfikir keras--penantian ini rasanya tak bakal usai, hanya fikiran yang diliputi misteri...kini pun banyak yang stres dan depresi...

Tanah kelahiranku yang bernamakan Indonesia terjadi reduksi habis-habisan, timbullah sebuah tanya melambung tak terjawabkan...sesungguhnya carut marut ini karena pendidikan karakter atau otak kita yang masih kosong? sebenarnya karakter tak bisa dipisahkan dengan intelektualitas dan spiritualitas...intelekualitas is character...pertanyaan selanjutnya, mentalitas apa yang mau dikembangkan? kita tidak pernah memberi distensi (perbedaan) mana, dan mana, itulah baksil-baksil kultural kita. Melihat jalan melingkar yang tak jelas ujungnya, revolusi mental saja rasanya tidak cukup, karena itu lebih bersifat personal..
Konsep kompetensi berasal dari---dunia industri---memerlukan tenaga bekerja...
Konsep profesionalisme---menafikan yang tidak profesional/amatir---ada pemisahan yang terlihat disini, Padahal yang amatiran itu bekerja dengan ikhlas...yaaa begitulah....

Setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih. aturan hanya soal kepentingan pemilik modal saja...jangan sampai berbagai aturan membuat kita kerdil (belajar dari kebingungan, kegelisahan dari rutinitas yang semakin membingungkan) metafora dunia, ketika semua huforia menggemborkan ini itu dalam waktu singkat dengan banyak harapan?? jawaban yang tepat adalah inonsen, bahkan belajar bahasa inggris pun dalam waktu yang sama (singkat) saja belum tentu menghasilkan orang yang cakap berbahasa, apalagi ini berbicara karakter. marilah kita sadari bahwa menimbulkan anomali di aru biru globalisasi tentang identitas atau bahasa kerennya politik identitas, ada bahayanya juga, sebenarnya adakah arsiran-arsiran yang sama atau hanya merupakan serpihan-serpihan pengetahuan? 
4 pilar pendidikan menurut Unesco
- Learning to know (belajar mengetahui)
- Learning to do (belajar melakukan sesuatu)
- Learning to be (belajar menjadi sesuatu)
- Learning to live together (belajar hidup bersama) 
4 pilar tersebut di tanah kelahiran ini serasa tercincang cincang, membuat kita seolah-olah makhluk alien...

waktu adalah keniscayaan dalam sebuah kegiatan, apa yang saat ini bisa kita lakukan dalam membuat perubahan yang baik menjadi lebih baik, maka lakukanlah....terlalu gamang persoalannya, memang secara teknis tidak banyak yang bisa kita lakukan, namun disinilah sesungguhnya peran pesantren, sebagaimana yang disampaikan budi utomo: mata air ilmu pengetahuan adalah pesantren.

Singkat kata:
Pendidikan pada akhirnya melakukan sesuatu/terampil, lalu hidup bersama-sama, maka itulah manjadikan manusia. (memanusiakan manusia), all is proses...

Sebagai bahan memori untuk sobat semua:

Kalau ingin melakukan perubahan jangan tunduk pada kenyataan
 Bergeraklah, bergeraklah dan bergeraklah....

Salam Cinta Indonesia


Biar saja ku tak sehebat matahari
 Tapi slaluku coba tuk menghangatkanmu
 Biar saja ku tak setegar batu karang
 Tapi slalu ku coba tuk melindungimu

Biar saja ku tak seharum bunga mawar
 Tapi slalu kucoba tuk mengharumkanmu
 Biar saja ku tak seelok langit sore
 Tapi slalu kucoba tuk mengindahkanmu

Kupertahankan kau demi kehormatan bangsa
 Kupertahankan kau demi tumpah darah  
Semua pahlawan-pahlawanku

Merah putih teruslah kau berkibar
 Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini
Merah putih teruslah kau berkibar
 Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini
Merah putih teruslah kau berkibar
 Ku akan selalu menjagamu

Semoga bermanfaat dan memberi inspirasi kepada sobat semua untuk terus bergerak, berbenah demi kemajuan dan kemakmuran negara kita tercinta Indonesia dan menyadarkan bahwa hidup ini bukan hanya untuk aku, kamu, kita tapi MEREKA. Save karakter Indonesia;-)

0 comments:

Post a Comment