Heningku dalam do'a....
September ku sapa....
Dulu…tak
ingin hujan mengguyur keringnya bumi, meski sebatas menyapa…karena takut akan
meluapnya air dikali (banjir)…
Dulu, tak ingin matahari memancarkan cahaya,
meski sebatas menyapa, karena takut akan matinya ikan sebab keringnya
lautan…
Dulu...tak ingin Angin menghembus, meski sebatas menyapa, karena takut
akan beterbangannya dedaunan hijau nan rindang di pepohonan…
Kini Hujan, Angin,
dan Matahari berusaha tersenyum meski sebatas menyapa….
Saat itu lah kedamaian
ada…rasa percaya untuk saling melengkapi, namun saat itu juga, alam
bertanya-tanya,,Gerhana ATAU Pelangi yang akan mengiringi sapa nya?? Maka
bintang pun menjawab “Santai saja”...
Namun kini kata mulai jenuh….batin mulai terkoyak…jiwa merasa sendiri…dalam kegerlapan ku temukan pancaran cahaya, yakni Menatap wajah teduhmu memberikan kawan bagiku dalam detik
waktu dan putaran hari….Lirikan mata sayu, dengan tajamnya pandangan…..Merupakan
pancaran dan pantulan sinar kegigihan langkah perkelanaan…
Detik ini pula ada yang hilang layaknya daun yang berjatuhan, terbawa hembusan angin yang tiada berarah...
Seiring
berputarnya roda samsara, sikap dan bahasa itu seolah berkontribusi secarik
petunjuk…Rasa sunyi dan hambar bagai masakan tiada bergaram….Kini kepalaku di
dominasi pesimis yang menggigit merenggut atensiku hingga kemungkinan diriku
akan mundur dalam langkah yang sudah terlanjur basah, akan perasaan indah yang
mencekam..Ku tenggak air sembari berfikir…Sepertinya medan kepercayaan dan
ketulusanku hanya dijadikan tempat transit, tiada tanda-tanda kejelasan…Bahkan
tiada pula benang hitam/putih untuk ku tarik kesimpulan dan ku sulam layaknya melukis masa
depan, apakah ternyata ini hanya bersitan bayangan indah, Namun kemungkinan
akan menyakitkan???? To be continue;-)
0 comments:
Post a Comment