Friday, March 7, 2014

PEMIMPIN YANG BERJIWA PANCASILA DAN BERMORAL BHINEKA TUNGGAL IKA

الحمد لله الواحد القهار. العزيز الغفار. مقدر الأقدار. مصرف الأمور. مكور الليل على النهار. تبصرة لأولى القلوب والأبصار.والصلاة والسلام على نور الأنوار وسر الأسرار وترياق الأغيار ومفتاح باب اليسار سيدنا محمد المختار وأله الأطهار وأصحابه الأخيار ومن جعله من الأبرار في هذه الدار. أما بعد.

Para pendamba pemimpin yang berakhlak mulia yang saya hormati….!!!
Memasuki kehidupan modern dan arus globalisasi sekarang dan masa mendatang, yang ditandai dengan kehidupan yang serba teknikal dan profesional, diramalkan banyak orang yang mengabaikan dimensi moral dan agama dalam kehidupan individu maupun sosial, dimana zaman yang serba modern ini memang serba aneh dan kadang juga menggelikan. Hanya karena ingin mendapatkan kesenangan dan kenikmatan dunia, banyak manusia yang dengan mudahnya melanggar aturan dan melupakan Tuhan. Ini memang realita yang berkembang dizaman yang serba modern dan edan ini.
 Dalam buku Kalatidha, R. Ng. Rangga Warsita mengatakan, ”amenangi zaman edan, sarwa ewuh eng pamikir, melu edan ora tahan, yen ora melu nglakoni, ora oleh panduman” (Hidup di zaman edan memang sulit dalam pemikiran, ikut edan tidak tahan, tapi jika tidak ikut edan tidak mendapat bagian). Pernyataan tersebut terasa sangat cocok di era modern ini, karena sekarang ini, kehidupan sudah benar-benar edan. Banyak orang yang sudah tidak peduli dengan aturan, sehingga pola hidupnya pun sering kebablasan.
Saat ini  kita dihadapkan pada kebingungan dalam memilih pemimpin bangsa dan negara yang ideal, kita sering berfikir, siapa pemimpin yang akan kita pilih untuk bangsa dan negara kita? dan bagaimana cara memilih pemimpin untuk bangsa dan negara tercinta kita?..kita telah melihat bahwa saat ini banyak sekali para CAPRES dan CAWAPRES yang menjanjikan beribu-ribu janji manis untuk rakyatnya, apakah mereka benar-benar akan menepati janji mereka, ketika mereka menjadi presiden dan wakilnya, ataukah mereka sekedar mencari dukungan dan simpati dari kita dan akan membuang dan melupakan janji-janji mereka setelah mereka terpilih kelak, sedangkan kita melihat kenyataan yang telah lalu bahwa para calon-calon itu  hanya pintar berkomentar, pintar berjanji, pintar menyusun program dengan rapi, tapi rajin mengeruk kekayaan ketika sudah berada di atas kursi, dengan kenyataan yang seperti itu, salahkah banyak orang yang memilih menjadi GOLPUT ketika mereka pusing ingin memilih tetapi tidak ada pilihan karena yang dipilih hanya mengobral janji tanpa ada bukti, manakah yang harus kita pilih? maka pantaslah kita bingung, bagaimanakah kita harus mencari seorang pemimpin yang bermodalkan Oral tapi juga pemimpin yang bermodalkan Moral, tapi......tidak usah bingung-bingung, pilihlah pemimpin yang bermodal nilai pancasila:
1.      Ketuhanan yang Maha Esa
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Bagaimana seorang pemimpin menempatkan Ketuhan yang Maha Esa (keimanannya) menjadi prinsip pertama dalam kepemimpinannya, sebagaimana pencasila menempatkan Ketuhanan yang Maha Esa pada sila pertamanya, ketika seorang pemimpin telah memiliki iman yang kuat dan dia bertanggungjawab atas kepemimpinannya karena merasa hal itu merupakan amanah dari Tuhan, maka dia tidak akan pernah menyia-nyiakan amanah itu. Pemimpin itu percaya bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Sebagaimana sabda Nabi saw:
كلكم راع و كلكم مسؤول عن رعيته... (الحديث)
"setiap dari kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai
pertanggungjawaban "
Dari sila kedua, kita pahami bahwa manusia memerlukan keberadilan dan keberadaban, ketika manusia itu tidak diberlakukan secara adil dan beradab maka dia tidak merasa dimanusiakan, jadi bagaimana seorang pemimpin mampu berbuat adil dan berperilaku beradab terhadap rakyatnya? Bisa kita ketahui dari tindak tanduk dalam sejarah hidupnya.
Dari sila ketiga diharapkan warga negara Indonesia bisa menanggapi dan menyikapi dengan adanya pluralitas di negara Indonesia ini, karena dengan sering kali dengan adanya pluralitas menjadikan bangsa Indonesia semakin pecah, banyak terjadinya konflik dimana-mana akibat ketertutupan dari masing-masing agama, fanatik yang terlalu tinggi dari pemeluk agama, adanya klaim bahwa agamanya adalah yang paling benar dan menafikan agama lain, bermain politik yang beratas namakan agama dan banyak contoh-contoh yang lain yang menyebabkan tertundanya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dalam menanggapi fenomena sosial keagaamaan yang terjadi di masyarakat Indonesia sekarang ini, tugas kita semua pada umumnya dan khususnya para pemimpin yang memegang Indonesia ini, bagaimana mereka mampu mempersatukan negara yang plural ini? Bagaimana para pemimpin mampu untuk tetap menjaga kesatuan dan stabilitas nasional? Dan bagaimana para pemimpin mampu menjadikan seluruh umat beragama di Indonesia berjalan beriringan dengan satu tujuan yaitu PERSATUAN INDONESIA dan hendaknya seorang pemimpin mempunyai sikap bhineka tunggal ika (persatuan dalam keberagaman). Sebagaimana yang dikatakan oleh Syekh Aminullah asy-Syauqy:
لا نجاح الا بالإستقلال ولا استقلال الا بالقوة ولا قوة الا بالجماعة ولا جماعة الا بالإتحاد
Tidak ada keberhasilan tanpa kemerdekaan, tidak ada kemerdekaan tanpa kekuatan, tidak ada kekuatan tanpa golongan/perkumpulan dan tidak ada perkumpulan tanpa persatuan

Para kaum tua panutan bangsa, kaum muda idaman negara…
Profil idealis karakteristik seorang pemimpin terdapat pada sila keempat pancasila, yaitu seorang yang mampu memimpin dengan sifat hikmat, bijaksana, selalu bermusyawarah dalam mengambil keputusan sehingga dia mampu menjadi wakil yang pantas untuk menjadi penentu inspirasi rakyat, “Wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur waktu sidang soal rakyat”, Sedangkan contoh pemimpin Islam yang pantas kita jadikan teladan karena beliau selalu melakukan musyawarah dalam pengambilan keputusannya yaitu Umar bin Khattab ra. Pada waktu mau memilih tokoh untuk diangkat menjadi kepala daerah, dia minta pendapat pada beberapa orang sahabat, dia berkata: ”tunjukkan saya orang yang cocok untuk menjadi kepala daerah”. Para sahabat yang diajak bicara bertanya: ”syarat- syaratnya bagaimana?...”. Umar bin Khattab ra. menjawab: ”dia orang-orang yang berpengaruh ditengah-masyarakatnya, meskipun dia tidak memegang jabatan pimpinan. Dan jika dia sedang menjabat sebagai pemimpin, dia dapat hidup sebagaimana warga masyarakat lainnya”. Dengan kalimat lain Umar bin Khattab ra. Menginginkan kepala daerah yang mempunyai kepribadian, mempunyai integritas moral, mempunyai sifat yang merakyat (populis), yang egaliter disamping mempunyai kemampuan dan kemauan. Sebagaimana Qaidah Islam Merumuskan:
تصرف الإمام على الرعية منوط بالمصلحة
”Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya, mengacu pada
Kemashlahatannya”
Seorang pemimpin harus memperhatikan kemaslahatan untuk rakyatnya, namun bagaimana seorang pimimpin dapat berbuat kemaslahatan, kalau dia tidak bersosial dengan rakyat dan tidak bijaksana dengan segala problematika yang dihadapi rakyat.   
Karakteristik pemimpin yang adil, ketika dia mampu berbuat adil terhadap sistem sosial dan kondisi sosial di masyarakat indonesia, setiap penduduk indonesia harus mendapatkan perlakuan yang sama dalam hal kesejahteraan sosial, politik, ekonomi, kesehatan dan sosial budayanya dan tidak membiarkan yang kaya semakin kaya dan menginjak yang miskin, yang miskin semakin miskin dan hanya mampu bermimpi menjadi orang kaya, tapi!! manjadikan yang kaya seorang yang dermawan dan menyayangi orang miskin, dan menjadikan orang miskin mampu tersenyum dan salut dengan kedermawanan orang kaya.
Inti dari semua sila tersebut, pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mampu menerapkan butir pancasila tersebut dan diwarnai dengan unsur-unsur keagamaan sehingga dia mampu menjadi pemimpin yang benar-benar ideal bagi masyarakatnya.
Sedangkan dari sudut pandang Drucker, menganjurkan agar pemimpin masa depan harus menonjol pada bidang ”lunak’ yang kurang dapat diukur secara fisik dan matematik, seperti ”kepribadian” dan ”nilai” yang diyakini secara pribadi. Dalam hal ini sekurang-kurangnya menjadi jelas, bahwa pemimpin masa depan harus memiliki integritas moral, kejujuran, kesetiaan pada prinsip, harga diri, keteguhan, tingkat semangat yang tinggi, suatu elastisitas yang memungkinkan pemimpin mampu memelihara ketenangan batin ditengah-tengah tekanan suasana yang berpusat pada urgensi tinggi dan perubahna cepat. Tantangan masa depan menuntut para pemimpin untuk mampu mengidentifikasi, mempromosikan, memperkuat dan hidup sebagai model dari nilai-nilai inti (rute models of key core values). Pemimpin ini harus menggerakkan kelompok yang beragam kearah tindakan bersama, dimana mereka mengorbankan beberapa otonomi mereka, demi suatu tujuan umum jangka panjang serta memberikan yang terbaik dalam mengejar tujuan bersama tersebut.
Tragedi nasional (kalau boleh disebut demikian) yang dialami indonesia pada penghujung akhir abad 20, berupa krisis moneter, krisis politik, krisis hukum dan krisis moral; menyeruaknya tindak korupsi, kolusi, nepotisme, dan lain sebagainya, yang setiap hari tambah terungkap biang kladinya dan dalang intelektualnya, dapat menambah keyakinan kepada kita semua, bahwa kepemimpinan yang disalah gunakan karena lemahnya kontrol diri dan keserakahan yang tidak terkendali, dapat menimbulkan mala petaka, bukan hanya bagi para pemimpin itu sendiri, tetapi lebih dirasakan oleh bawahan dan masyarakat luas pada umumnya. seperti kebijakan pemerintah sekarang ini yang membuat suatu komisi yaitu komisi pemberantasan korupsi (KPK) yang berusaha untuk mengatasi korupsi di Indonesia. Pertanyaannya sekarang: mampukah KPK mengurangi atau memberantas korupsi di Indonesia dan menumpas para koruptor-koruptor secara maksimal dan se-optimal mungkin?, ketika KPK mampu mengemban tugasnya dan  mempu mencapai tujuannya, maka KPK harus tetap eksis pada kepemimpinan mendatang, ketika KPK sudah tidak mampu melakukan tugasnya, maka dia tidak berhak ada di masa yang akan datang. Solusi lebih penting adalah memoralkan orang-orang yang duduk dalam kursi kepemimpinan.
 Sedangkan nasib suatu organisasi berada di tangan para pemimpinnya, dan hal itu bagi pemimpin dan organisasi sebesar apapun, dari yang sebesar PBB sampai yang jauh lebih kecil semacam koperasi disebuah RT. Kepemimpinan merupakan topik yang menarik dan tidak pernah mati sepanjang masa, sejak Fir’aun penguasa dari Mesir dan Julius Cesar dari Romawi hingga para pemimpin politik dan ekskutif puncak dewasa ini. Para peneliti dan pakar memberitahukan kepada kita, bahwa pemimpin memang banyak jumlahnya, tetapi diantara mereka itu yang memiliki sifat kepemimpinan” yang efektif jauh lebih sedikit dari jumlah para pemimpin.
Saudara-saudari seaqidah dan seiman yang dirahmati Allah....

Dari semua penjelasan yang telah saya paparkan, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pemimpin yang ideal, baik itu pemimpin negara, pemimpin daerah, pemimpin kabupaten sampai tingkat terkecil yaitu pemimpin keluarga, dia harus memiliki sifa-sifat mulia agar dia benar-benar mampu menjalankan kepemimpinannya dengan sebaik-baiknya, Contoh pemimpin yang ideal yang menggunakan nilai-nilai agung dalam kepemimpinannya adalah umar bin Abdul aziz bahwasannya periode keemasan islam itu ada pada ditangan beliau, daerah kekuasaan islam terbesar ketika bendera islam berada pada tangan beliau, semua hukum negara berlaku kepada seluruh umat islam termasuk keluarganya, beliau tidak pernah menggunakan benda atau sesuatu apapun milik negara untuk pribadinya atau keluarganya, beliau adalah sesosok pemimpin yang arif dan bijaksana, karena dia benar-benar ahli dalam bidangnya yaitu memimpin negara, segala sesuatu akan hancur ketika tidak dipegang oleh orang yang bukan ahlinya termasuk negara ataupun pemerintah, seperti yang telah disebutkan dalam Hadits Rasulullah SAW:
إذا وسد الأمر الى غير أهله فانتظر الساعة
Bila sebuah urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran
            Oleh karena itu, marilah kita semua, jangan bingung dan jangan bimbang dalam menentukan sosok pemimpin idaman bangsa. Negara Indonesia ini adalah Negara pancasila, maka carilah dan pilihlah pemimpin yang bermoral pancasila dan bersikap bhineka tunggal ika. Kita tahu bahwa hidup adalah pilihan dan hidup akan terasa singkat bila dilalui dengan pilihan yang salah.

نسأل العفو من كل نبوة لأن الإنسان عليه الهفوة

0 comments:

Post a Comment