Saturday, September 13, 2014

LAYAKNYA DAUN BERJATUHAN





Heningku dalam do'a....
September ku sapa....
Dulu…tak ingin hujan mengguyur keringnya bumi, meski sebatas menyapa…karena takut akan meluapnya air dikali (banjir)…
Dulu, tak ingin matahari memancarkan cahaya, meski sebatas menyapa, karena takut akan matinya ikan sebab keringnya lautan…
Dulu...tak ingin Angin menghembus, meski sebatas menyapa, karena takut akan beterbangannya dedaunan hijau nan rindang di pepohonan…
Kini Hujan, Angin, dan Matahari berusaha tersenyum meski sebatas menyapa….
Saat itu lah kedamaian ada…rasa percaya untuk saling melengkapi, namun saat itu juga, alam bertanya-tanya,,Gerhana ATAU Pelangi yang akan mengiringi sapa nya?? Maka bintang pun menjawab “Santai saja”...
Namun kini kata mulai jenuh….batin mulai terkoyak…jiwa merasa sendiri…dalam kegerlapan ku temukan pancaran cahaya, yakni Menatap wajah teduhmu memberikan kawan bagiku dalam detik waktu dan putaran hari….Lirikan mata sayu, dengan tajamnya pandangan…..Merupakan pancaran dan pantulan sinar kegigihan langkah perkelanaan…
Detik ini pula ada yang hilang layaknya daun yang berjatuhan, terbawa hembusan angin yang tiada berarah...
Seiring berputarnya roda samsara, sikap dan bahasa itu seolah berkontribusi secarik petunjuk…Rasa sunyi dan hambar bagai masakan tiada bergaram….Kini kepalaku di dominasi pesimis yang menggigit merenggut atensiku hingga kemungkinan diriku akan mundur dalam langkah yang sudah terlanjur basah, akan perasaan indah yang mencekam..Ku tenggak air sembari berfikir…Sepertinya medan kepercayaan dan ketulusanku hanya dijadikan tempat transit, tiada tanda-tanda kejelasan…Bahkan tiada pula benang hitam/putih untuk ku tarik kesimpulan dan ku sulam layaknya melukis masa depan, apakah ternyata ini hanya bersitan bayangan indah, Namun kemungkinan akan menyakitkan???? To be continue;-)

0 comments:

Post a Comment