PENYEMBUH YANG TERLUKA

Gumpalan Mendung berubah menjadi hujan

Gumpalan tanah membaur karena hujan

Gumbalan batu melicin sebab hujan

Itulah kehidupan, selalu ada sebab dan akibat namun kita harus tetap berjalan

Life just like a drama….

Garis lurus identik dengan kebenaran…

Garis belok ibarat penyelewengan…

Namun tak selamanya segala sesuatu yang mayoritas selalu benar, adakalanya minoritas yang perlu diperhatikan, sebab ia memiliki alasan yang belum sempat terungkapkan….

Liku-liku kehidupan akan ada dan selalu ada, tak pandang bulu dan tak pandang suku

Mulai dari Persahabatan menjadi cinta, cinta menjadi malapetaka, malapetaka menjadi saling tak sapa…

Bukan siapa dan apa yang harus disalahkan, namun fikiran kita yang memaknainya

Bukan cinta yang dikambing hitamkan, namun diri kita yang kurang peka

Cinta adalah anugerah, anugerah adalah rahmah, Rahmah adalah kebahagiaan dan kedamaian

Bukan cinta jika tak membahagiakan, bukan cinta jika penuh dengan alasan, bukan cinta usia menjadi batasan,

Bukan waktunya lagi kita menggalau bagai gulatan gulali yang melingkar bak sarang serangga, dan bisa mengempes saat angin menerpa.

Teringat sebuah pepatah “Kita berada di sini karena pikiran kemarin membawa kita ke sini, dan di mana esok hari ditentukan oleh pikiran kita hari ini” maka bangkitlah untuk selalu menatap dan menjulurkan tangan menengadah tanpa lelah pada sang pemberi anugerah (Allah)

Pikiran kita menciptakan realitas. Setiap hari dengan berbagai cara, kualitas berfikir kita menentukan kualitas hidup kita….

Pertanyaanya, adakah yang lebih penting daripada pikiran kita??

Pikiran kita benar-benar dapat mendorong diri untuk meraih kesuksesan atau sebaliknya, menggagalkan, mencapai kebahagiaan atau justru keterpurukan kita…

Masa lalu, masa kini, dan masa depan kita dibentuk oleh pikiran kita. Ketika kita mengubah cara berpikir, maka hidup kita akan berubah…

Penyembuh yang terluka adalah saat membiarkan logika terdominasi rasa…