Berbagi cerita di dunia kasih bersama Penoreh Tinta
Hari ini adalah hari yang bahagia untuk kita yang ada diruangan ini,
kebahagiaan akan terasa lebih lengkap apabila kita dikelilingi oleh orang-orang
yang kita cintai, berbicara tentang cinta, ada beberapa orang...yang tentunya
tidak diragukan lagi ketulusan cintanya, dan tidak akan pernah melepaskan cinta
mereka untuk kita. Yaitu keluarga, terutama orang tua. Keberhasilan dan
perjuangan yang kita capai hari ini, tidak terlepas dari cinta dan kasih
sayang, dukungan serta bimbingan orang tua, bahagiaku syurga mereka dan
deritaku pilu mereka.
KISAH MAHASISWA YANG MEMPUNYAI TEKAD KUAT UNTUK MEMBUAT TERSENYUM KEDUA
ORANGTUANYA
Suatu hari aku akan berdiri mengenakan toga di
sebuah jalan setapak yang gelap. Pandangannya tertuju di kejauhan sana dengan
senyuman yang sudah tak asing lagi bagiku, Merekalah orang yang sangat aku
hargai dan hormati, aku cintai dan aku sayangi…..
Ya..mereka Ayah dan Ibuku….
Ada seorang mahasiswa yang daftar kuliah
tidak di antar orang tuanya, orang tuanya membisikkan sebuah kata yang sangat
melekat sekali dibenaknya hingga dia lulus dan dinyatakan sebagai sarjana “nak,
kamu jangan pernah minder dengan teman-teman kamu ya…”sesekali terbayang saat melihat sekian
banyaknya mobil yang terparkir di jalan-jalan kampus…ayah hanya bisa
membekalimu do’a, BERJUANGLAH dengan TEKAD YANG KUAT”.
Dengan disertai senyuman, aku berjalan
menghampiri mereka. Seiring dengan langkahku, terlintas dibenakku atas apa yang
telah mereka lakukan pada hidupku selama ini. ibu yang telah mengandungku
selama 9 bulan…ibu yang sedang memperjuangkan hidup dan matinya hingga aku
dapat hadir ke dunia ini….ibu juga yang telah merawatku dengan penuh kasih
kelembutan dan kasih sayang…
Ayah yang telah mendidik ku menjadi pejuang…ayah yang rela
bekerja banting tulang, ikhlas mengeluarkan keringatnya agar aku dapat
menikmati hidup, detik demi detik, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun….hingga
kini aku bisa berdiri disini di hadapan guru dan teman-teman semua. apa
yang dapat aku lakukan untuk membalas mereka?
Suatu ketika disaat aku mencoba mengikuti
langkah kedua orang tuaku bekerja seharian untuk biaya kuliahku, aku pun tak sanggup
karena lelah, aku tak kuat karena lapar, haus, namun....apa yang dirasakan ayah ibuku,,,tak sedikitpun keluh terucap bahkan dirasa, mereka begitu tulus dan selalu tersenyum,
meski kadang aku membuatnya kecewa namun senyuman itu selalu menghiasi bibirnya,
mereka dapat tulus memaafkan kekhilafanku, mereka tetap menyayangiku di setiap
hembusan nafas mereka, bahkan mereka tetap menyebut namaku di setiap doa-doa
mereka hingga aku tumbuh dewasa seperti sekarang ini…saat itulah aku tak bisa menahan
tangis mengingat begitu besar perjuangan orang tua ku. disinilah bermula tekat
kuat terbangun, seolah pori-pori kulit dan tubuh ini menancap erat memancarkan semangat“Bagaimana aku bisa membuat mereka tersenyum saat aku wisuda???”...membayangkan
andai aku berdiri di hadapan beribu-ribu mahasiswa dan melihat orang tua ku
tersenyum bahagia, bangga melihatku, namanya terpanggil di depan semua wali mahasiswa.
Kini hari dimana semua harapan dan cita-cita terwujud seolah menyambut mimpi terbangun dari tidur...senyum hangat terpancar dari beribu-ribu mata, tak lepas senyum tangis haru menyaksikan prestasi yang sangat menggembirakan, "Best students of university" terngaungkan dengan lantang, bak halilintar menyambar debarnya jantung yang memompa tubuh...Penghargaan terkalungkan dan tersematkan dari jari ke jari penuh dengan kebahagiaan...
langkah-langkahku terhenti di depan ibu dan ayahku dan kupandangi wajah mereka inci demi inci, badan yang dulu tegap,
kekar kini mulai membungkuk, rambut yang begitu hitam dulu, kini mulai memutih
dan kulit yang begitu kencang mulai keriput. ku tatap mata mereka yang berbinar
binar dan mulai meneteskan air mata bahagia, air mata haru air mata bangga..bangga
melihatku…di wisuda memakai toga dengan gelar sarjana. kucium tangan mereka, kupeluk mereka sambil berkata..ayah..ibu..,yang ku berikan sampai hari ini tidak akan pernah cukup membalas apa yang ayah ibu
berikan kepadaku. terima kasih ayah dan ibuku...terdengar alunan syair: Ribuan kilo jalan yang kau tempuh...lewati rintang untuk aku anakmu...ibuku sayang masih terus berjalan....walau tapak kaki penuh darah penuh nanah....
Malang, 11 Mei 2011