Setelah lama
terpekur dalam kekalbuan, terasa matahari berada di atas ubun-ubun, namun badan
ini masih mengigil kedinginan, segala hal menjadi terasa nisbi dan tak nyata…segala
rasa memblurkan kenangan yang tak pernah ada. Sungguh, aku rindu jari jemari ini mengetuk keyboard menyapa sahabat Penoreh
Tinta…ku tuangkan sajak asmara bersama suara gemuruh ombak lautan cinta…
--------------------
Senja menukik Hiruk pikuk ruang lapang menjadikan Rani kuat, meski sering terperangah, Rani
dikenal sebagai seorang yang gigih dan penuh semangat…wajah manis, kulit sawo
matang, berpenampilan rapi membuat ia terlihat lebih menarik, tatapan mata yang
tajam memberikan symbol kekhasan gadis itu, tapi ternyata yang banyak orang kagumi
dan banggakan tak membuatnya cukup rasa untuk melambaikan tangan dan mengatakan
pada dunia ”farich” (aku bahagia), tak ingin terlalu banyak bicara
karena diam juga terasa menyakitkan baginya,,
Tak pernah sedikitpun menyangka, dalam kondisi seperti
itu, hatinya masih tak pernah memiliki hati…dan yang tersisa adalah “mengandai-andai”
sebab seolah harapan telah jauh menghindar. Bila saja lorong Doraemon itu ada,
ingin rasanya berada dihamparan rumput dikelilingi gunung yang tinggi.
Penyayang baru, meski hadirnya bak angin beliung (hadir
tiba-tiba) terasa dingin dan memporak-porandakan pondasi yang kokoh, namun
tiada berwujud bentuknya. Sama seperti hadirnya lelaki sunyi, sebut “Pangeran
Kodok”…hingga syair-syair merambah di sisi-sisi dinding jendela hati, tertuang
rasa dalam bahasa:
Saat lamanya kemarau mengiringi, saat itu hujan yang
dibutuhkan
Saat gelap malam menghampiri, Cahayalah pemecah sunyi
Saat ini jiwanya seperti mendung yang menunggu hujan setelah
kemarau berkepanjangan, dan ia layaknya gerhana yang menanti cahaya rembulan
“Aku merasa kehilangan sesuatu entah
pernah kumiliki atau tidak. Berminggu-minggu, berhari-hari, berjam-jam, toh
rasa itu tetap sama saja, rasa yang tak memiliki rasa” batin Rani berkecamuk
dalam garangnya matahari….
Hadirnya lelaki yang ia kenal dengan
sebutan “Pangeran Kodok” masih berasa sunyi bak Gerimis: bisa jadi hujan lebat
atau bisa mereda dan kemarau kembali…atau laksana mega merah: penyambut malam,
bisa rembulan itu datang menyinari, bisa pula kegelapan yang menjadi buncah
ilusi hati.
Di sinilah, ia
menghamparkan sajadah panjang terbentang tuk menggapai angan, takut adalah
sifat naluri ketidakmampuan manusia, sesungguhnya Tuhan lah sebaik-baik tempat
kembali.
Not only
in mathematics, we know the undefined term, dot (.), but also in life, that is
LOVE