Wednesday, October 29, 2014

DIARY JERUK NIPIS


 
 Kereta melaju dalam kecepatan
Banjir menggenangi rel diseberang jalan
Mata membinar tak mampu terpejam
Perasaan penuh dengan teka-teki pikiran
Tibaku bersama adzan subuh di depan tembok yang beratap  dan bertiang
Teriakku dalam rindu
Tengokku dalam sakit
Peduliku dalam sayang
Rawatku dalam lemah
Senyumku dalam sapa
Tungguku dalam sembuh
Obatku dalam datang
Tangisku dalam pulang
Bersamaku dalam lunch
Tanganku dalam genggaman
Langkahku dalam kesetiaan
        Hiduplah seorang pemuda bangsawan di rantau negeri orang, ia pemuda yang tampan nan menawan, kegigihan membawanya dalam kesuksesan, ketekunan dan keuletan mengantarnya pada keterpikatan, suatu hari ia tinggal-lah sendiri di sebuah gubuk kecil nan sepi tiada bertuan, bertabir kain…ia berselimut dalam sakit dan dingiinnya malam, suara batuk terdengar hingga di seberang jalan, uhuk uhuk uhuk…batuk merdu namun tiada nada yang bisa diperdengarkan, namanya juga batuk,,,,;-)
        Rantau sang puteri jelita, baik akhlaknya nan cerdas cara berfikirnya, ia puteri penyayang bagai bidadari dari surga, ketulusan hati teruntuk orang yang ia sayang bak lebarnya hutan belantara. semilir angin mengantar merpati putih hinggap di jendela rumahnya, membawa secarik kertas yang bertuliskan kabar akan sakitnya sang pemuda bangsawan (kekasih yang terpisah di muara bandara Soekarno Hatta). Tak berfikir lama, sang puteri pun pergi dengan mengendarai kereta tuk menemui sang pemuda, tiada perdulikan badai dan petir yang menyambar hingga menumbangkan pepohonan juga rumah warga, keretapun melaju semakin pelan…perjalanan menuju gubuk kecil tiada bertuan membutuhkan waktu yang cukup lama, gelap berkawan hujan menyapa malam, Terdengar ayam berkokok menyambut tibanya sang puteri untuk pemuda bangsawan.
          Pertemuan pemuda bangsawan dengan sang puteri memberikan kedamaian dan obat tersendiri akan sakitnya yang berkepanjangan, pagi disuguhkan sarapan, siang di tawarkannya makanan, malam menemani dalam kesendirian untuk menyantap hidangan. Panasnya badan di iringi batuk yang tiada henti membuat bingung hati sang puteri, obat apa yang hendak ia tegukkan untuk sang pemuda bangsawan???
      Bintang mulai menyapa, malam pun tiba, perasaan menggumam memikirkan kesembuhan pemuda bangsawan, ditariknya kain tipis tuk menutupi kaki dalam tidurnya, tak lama adzan subuh berkumandang, segera dan bergegaslah ia bertanya: wahai engkau pemuda bangsawan, bagaimana keadaanmu?? Hendak sarapan apa engkau pagi ini?? Sang puteri cepatlah bergegas membereskan diri, kemudian pergi ke pasar untuk membeli buah jeruk nipis untuk obat penyembuhan (Sekalipun tidak sebanyak jeruk jenis lainnya, kandungan vitamin C jeruk nipis ini lumayan tinggi. Sebagai obat alami yang diminum, sari jeruk nipis bersifat membersihkan terutama terhadap sistem pencernaan. antivirus untuk pemakaian luar, sedangkan khasiat dan manfaat yang lain adalah Sebagai Ekspektoran dengan mengeluarkan dahak, cara yang biasa dilakukan dicampur dengan kecap). Tak lama ia tiba menemui pemuda bangsawan, minumlah dan cepatlah sembuh, agar engkau kembali semangat dalam menyelesaikan tugas yang masih berserakan.
         Pemuda itu menatap sambil tersenyum dengan taring manis yang kelihatan dari kejauhan, diteguknya air putih, namun tak hentinya batuk yang berdendang sakit di tenggorokan merubah raut muka putih menjadi merah karena kesakitan. Segeralah diambilnya sirup rasa mint sejenak menenangkan dudk di sisi sang puteri jelita, putaran 3 hari meminum jeruk nipis tiada henti, mampu meringankan sakitnya. Jalannya yang sempoyongan, kini mulai membaik dalam kesehatan.
       Warung di pinggir jalan membukakan pintu dan menawarkan hidangan, Bakso dan Mie memberikan warna sore itu dalam bercengkrama dan perbincangan singkat kepulangan puteri jelita. Keesokan hari sang puteri berlari cepat karena takut ketahuan pemuda bangsawan akan kesulitan dan kegelisahan hati puteri jelita, ATM dibukanya, Card mencoba ditengoknya namun tiada sepeser-pun uang yang tersimpan, dibukanya dompet cokelat matang, diambilnya 5 lembar rapi yang tersisih tiada berlebih, dimasukkannya dalam kolong ATM tuk membayar tagihan garuda agar mampu mengantarkannya di kampung halaman. Alasan terlontarkan “maafkan aku, tak berniat meninggalkanmu, dan tak mampu menunggumu karena tergesaku membayarkan garuda untuk penerbangan” (padahal tergesa karena takut ketahuan), berhasillah kebohongan terjadi..
        Kepulangan sang puteri, tangis polosnya mengalir di dagu manisnya. Ditemaninya pemuda bangsawan hingga roda berputar mengantarkan sampai pada tujuan penerbangan, berjalan dan terlihat lambaian tangan dalam perpisahan leaving on a jet plane. Selamat tinggal pemudaku, selamat tinggal pula puteri jelitaku. Semoga kelak dipertemukan dalam ridhoNya. Puteri pulang membawa ketulusan hatinya bersama pemuda bangsawan, perjuangan yang luar biasa, tiada pandang badai menerjang bahkan nyawa tiada dihiraukan demi sang pemuda bangsawan dengan jeruk nipis penyembuh dendangan merdunya batuk berkepanjangan…Bagaimana kisah selanjutnya!!! Akankah pemuda bangsawan memenuhi janjinya untuk bertemu sang puteri tuk bersatu kembali atau justru sebaliknya??? Ikuti terus kisahnya, hanya di rumah karya I’ana Sang Penoreh Tinta..sampai jumpa;-) To be continue

0 comments:

Post a Comment