Monday, December 7, 2015

CEMBURU TAK BERSTEMPEL

Assalamu'alaikum sobat Penoreh Tinta, ditemani potato keju dan tentunya dengan white milk hangat mengepulkan asap, berusaha mengoyak ribuan kata yang berserakan dalam angan, tertunda karena mata menyipit menanti mimpi. hehehehe...ahay, sedikit menggelitik memang, ketika terlelap tiba-tiba imajinasi mempendarkan kata menyeringai bibir untuk tersenyum...'Cemburu Tak Berstempel'..ehemmmmm,,,,hati hati menjaga hati saut ilalang metropolitan...

Saatnya berkelana dengan kata...ayooooo!!!

Berdiskusi dengan angin, sudah ribuan kali aku mengeja deretan kebisuan, ketika setetes embun bermetamorfosis, kabut-kabut kecil-pun kini mulai menutupi ejaan yang meremang, dinginnya tiupan angin bersinyalir dengan meringkuknya tubuh yang semakin memucat, menyadarkan cinta masih butuh mekanisme agar mampu bertahan... pagi melepas jeruji rindu rupanya kini mulai menyapa sang surya, meski tak selamanya teriknya mendamaikan, ia adalah penghidupan...

Waktu cepat berlalu hingga tawa yang ada seolah tertelan masa, kekacauan mendominasi hari, semua menatap baris tulisan yang tak biasa, sepi.....hanya terlihat daun  kering tergeletak dan debu menempel pada dinding-dinding jalan yang menghitam...
ku temui lembar kertas yang mendomprak ingatan kelam mengairi fikiran yang seharusnya tak perlu hadir....terasa aneh, aku sedikit melankolis, melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas warna-warni baru, seolah-olah semuanya diterjelamahkan menjadi satu kombinasi kemanusiaan, semua terasa mesra tapi kosong...

Pernahkah kau merasa, hatimu hampa,,,dan pernahkah kau merasa pula seolah batin mengeroyok Rasa dengan mangsanya yang berteriak cemburu...??? wajah-wajah lusuh hanya bisa melihat tiada berkata seolah membisu karena bicarapun terasa menyakitkan...tak perlu menerjemahkan hati yang meremang, cukup memahami dengan kepandaian murni, tidak berimplikasi pun tidak mengakibatkan infeksi...

Secawan merpati kicauannya hadir membisikkan kata 'Nasib terbaik adalah tidak pernah diabaikan'...tegaklah ke langit luas, atau awan yang mendung...meski terkadang kita berbeda dalam semua namun tidak dalam cinta...kau dan aku tegak berdiri meresapi belaian angin menyambut sang petang...

Tersendak kebisuan yang megelam, terlihat sosok rupawan, dipunggungnya terdapat cinta, yakin apa yang diingini, pun lari mereka ringan karena tak ada yang menunggangi, hati yang begitu putih seperti embun pagi, hati yang selalu tersenyum penuh dengan kedamaian diselimuti rasa syukur kepada Ilahi, sedamai angin timur menyapa rerumputan luas, membawa kedamaian disetiap hati..seindah mentari yang menyapa semesta dengan senyumnya, bagai mutiara nan indah yang tersimpan dalam kerangnya, kerangnya putih alami tak tersentuh oleh debu dan noda...Cemburu tak berstempel (tak perlu pengakuan) karena ia (cinta) kemurnian, melakukan dan melupakan...itulah yang terbaik dalam IkhlasNya cinta, karena ikhlas itu seperti embun yang selalu hadir di setiap pagi tak perlu menunggu stempel yang menandai...hehehe

“Kedamaian terletak pada hati yg selalu bergantung kepada Allah”

larilah dalam kebebasan kuda liar...hanya dengan begitu, kita mampu memperbudak waktu, melambungkan mutu dalam hidup yang cuma satu (Dee)

Semoga bermanfaat dan salam karya dariku I'ana Penoreh Tinta

2 comments:

Anonymous said...

Semuanya akan terasa indah ketika kita kembalikan kepada fitrahnya.
Salam Ustadzah :)

I'anatut Thoifah said...

Manusia....right dek nur,,,terus semangat yah, salam karya;-)

Post a Comment