Featured Article

Saturday, September 13, 2014

SEPTEMBER


S : Sejalan dengan bergantinya siang ke malam, matahari ke bulan, jam ke hari, bulan ke tahun, remaja ke dewasa, september selalu ada menemani sang Virgo yang gigih akan tekad dan kemauan.

E : Embun-pun menyambut pagi dengan senyuman, layaknya orang tua menyambut kelahiran putra/putrinya dengan gembira yang kelak berguna bagi Agama, Nusa dan bangsa.

P : Pancaran mentari mengiringi wajah polos sang balita, keceriaan mengelilinginya bak melihat bunga bermekaran, harum semerbak bagai di taman syurga.

T : Teringat masa kecil, di timang dan di manja, merengek dan menangis saat kemauan menggelora namun tak sampai mengayuhnya, kini telah tumbuh dewasa.

E : Engkau yang disana, berbalut berbagai rasa kehidupan yang tiada fana, susah, senang, gembira, bahagia, kecewa, jatuh, bangun, menemani dalam langkah yang sederhana.

M : Meski semua terasa melelahkan, namun itu adalah keharusan merasakan dan menikmati untuk menyelami hidup yang jauh lebih baik di masa depan yang gemilang, bak bola bekel "semakin keras terhantam ke lantai, maka semakin tinggi melambungnya".

B : Bersama hidup yang kini ibarat mengayuh biduk membelah samudera, selamanya akan naik turun dilamun gelombang dan ditampar badai. tapi tak akan merengek pada air, angin dan pada tanah.

E : Elang rajawali terbang tinggi mengepakkan sayapnya, begitu pula cita dan cinta ini akan membawa langkah indah laksana kepakan keyakinan sang elang

R : Rembulan menyamput sejengkal demi sejengkal langkah ini menuju 17 September dengan kehangatan pancaran rona cahayanya yang indah di langit malam.

Salam SEPTEMBER 2014

I'ana Penoreh Tinta

LAYAKNYA DAUN BERJATUHAN





Heningku dalam do'a....
September ku sapa....
Dulu…tak ingin hujan mengguyur keringnya bumi, meski sebatas menyapa…karena takut akan meluapnya air dikali (banjir)…
Dulu, tak ingin matahari memancarkan cahaya, meski sebatas menyapa, karena takut akan matinya ikan sebab keringnya lautan…
Dulu...tak ingin Angin menghembus, meski sebatas menyapa, karena takut akan beterbangannya dedaunan hijau nan rindang di pepohonan…
Kini Hujan, Angin, dan Matahari berusaha tersenyum meski sebatas menyapa….
Saat itu lah kedamaian ada…rasa percaya untuk saling melengkapi, namun saat itu juga, alam bertanya-tanya,,Gerhana ATAU Pelangi yang akan mengiringi sapa nya?? Maka bintang pun menjawab “Santai saja”...
Namun kini kata mulai jenuh….batin mulai terkoyak…jiwa merasa sendiri…dalam kegerlapan ku temukan pancaran cahaya, yakni Menatap wajah teduhmu memberikan kawan bagiku dalam detik waktu dan putaran hari….Lirikan mata sayu, dengan tajamnya pandangan…..Merupakan pancaran dan pantulan sinar kegigihan langkah perkelanaan…
Detik ini pula ada yang hilang layaknya daun yang berjatuhan, terbawa hembusan angin yang tiada berarah...
Seiring berputarnya roda samsara, sikap dan bahasa itu seolah berkontribusi secarik petunjuk…Rasa sunyi dan hambar bagai masakan tiada bergaram….Kini kepalaku di dominasi pesimis yang menggigit merenggut atensiku hingga kemungkinan diriku akan mundur dalam langkah yang sudah terlanjur basah, akan perasaan indah yang mencekam..Ku tenggak air sembari berfikir…Sepertinya medan kepercayaan dan ketulusanku hanya dijadikan tempat transit, tiada tanda-tanda kejelasan…Bahkan tiada pula benang hitam/putih untuk ku tarik kesimpulan dan ku sulam layaknya melukis masa depan, apakah ternyata ini hanya bersitan bayangan indah, Namun kemungkinan akan menyakitkan???? To be continue;-)

Arsip Blog

Artikel Terpopuler